Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengobati Brownie Si Kucing Mix bermotif belang dari Vetriner ke Klinik Hewan

Masuk notifikasi ke gawai. Kulirik sekilas sebuah video. Sengaja tidak aku klik setelah masuk lagi sebuah pesan chat beruntun.
Bagus kan. Namanya Brownie. Sore ini akan diantar ke rumah biar jadi teman anak-anak mengisi rumah.

Sungguh, ini bukan sebuah penawaran diskusi atau apalah itu. Tapi ini pernyataan sepihak. Padahal sudah aku bilang berulang kali bahwa aku tak ingin punya hewan peliharaan apapun itu jenisnya. Pekerjaanku dirumah sudah cukup repot dan mengasuh 9 anak bukan hal sepele yang dilakukan sambil leyeh-leyeh. Lagipula rumah yang kami sudah cukup riuh dengan 3 balita yang usianya susun paku.
www.jejakbunda.com
Brownie (Dokumentasi author)


Tapi begitulah kalo sudah makhluk bernama S-U-A-M-I yang memberikan mandat tanpa kompromi. Apapun bisa dilakukan tanpa permisi sekalipun yang dilakukannya adalah menikahi janda beranak banyak yang hidup berbeda pulau. Eaaaaa...Ini sekedar analogi bebas saja.

Memelihara hewan adalah salah satu aktivitas yang sudah aku coret lama sekali untuk kuhindari semenjak kecil bila memiliki rumah sendiri. Ini jadi wiring masa lalu saat dulu bapak punya banyak sekali hewan peliharaan. Mulai dari burung, ikan, ayam, kucing sampai macan akar. Sebagai anak rumahan (baca : anak yang sering berada di rumah), aku adalah objek suruhan bapak menyelesaikan tanggung jawab terhadap para peliharaan. 

Hingga suatu ketika aku habis-habisan didamprat saat salah satu peliharaan bapak buang air besar di tumpukan komik kesayanganku. Harusnya aku yang marah komikku rusak dan dibakar oleh bapak karena kotoran kucing. Malah sebaliknya bapak melampiaskan kekesalannya. Apes betul pikirku saat itu. Kucing yang kebagian sesi belaian dan sayang sementara aku di sesi rempong ngurus makan dan kotoran. 

Memori punya hewan peliharaan yang gak ada manis-manisnya membuat aku langsung skip cita-cita dan keinginan memelihara hewan seperti kebanyakan teman terdekatku.

Ibarat jin botolnya Aladin, Pak suami merealisasikan mandatnya dengan sempurna. Belum habis semburat jingga menutup senja, Brownie kucing mix bermotif macan sudah eksplorasi rumah ala sidak kasubag pemerintah kota. Lama kelamaan ekspresinya semakin liar dan ketakutan. Mungkin karena suasana rumah yang baru. Anak-anak masih takjub melihat pendatang baru kerumah dan lengah.

Brownie melesat keluar seperti pengemudi motor tanpa administrasi lengkap hendak ditilang diantara sergapan pak polisi. Lari tak tentu arah hingga kecebur di selokan warga. 

Bau yang brutal dari tubuhnya menguar di seluruh ruang tamu lantai satu. Mau dimandikan tapi azan pun menggema. Sementara anak-anak mulai trauma. Kuatir brownie lari seperti tadi.

Muncul ide dari salah seorang anakku untuk memasukkan brownie ke sebuah kandang burung yang sudah tidak dipakai di gudang rumah sebelah. Cukup aman menjaga brownie agar tak lari sampai nantinya brownie belajar adaptasi pada lingkungan baru. Begitulah hasil keputusan kami malam itu. 
Keesokan harinya, Brownie dimandikan dan diberi makan. Sebungkus makanan kucing bermerek. Ia nampak lahap.

"Sejak awal seperti yang sudah kalian tahu bahwa bunda tidak pernah setuju memelihara hewan. Artinya untuk tanggung jawab terhadap makan dan pemeliharaan brownie bunda serahkan pada ayah dan anak-anak" komenku lirih dan tegas pada suami. Ia hanya diam tak mengangguk. 

Hampir sepekan Brownie berada di rumah. Saat pagi menjelang ia diletakkan di teras, dan sore sebelum senja mulai masuk ke ruang keluarga. Aku memilih menebalkan telinga saat ia mengeong ketika aku melintasinya.
 
Setiap aktivitas masak di dapur ataupun keluar dari rumah, hatiku mencelos melihat tatapan brownie. Sepagi ini aku memaksa pak suami untuk mengantarkan mencari ayam. Selain untuk lauk keluarga, Brownie mau kumasakkan ayam dan rebusan kuah kaldu.

Tidak langsung menangani makan dan minum untuk Brownie ke kandang dan mengingatkan anak-anak memandikan Brownie 2-3 hari sekali, aku hanya memasakkan daging ayam atau ikan bawal anakan yang kudapatkan dari belanja rutin. Anak-anak kubiarkan melepaskan Brownie untuk lari-larian di sekitar dalam rumah selama beberapa waktu. Tapi sudah kuperhatikan Brownie terlihat kurang antusias. Makanan yang biasa disediakan pun terlihat kurang diminatinya.

Aku mulai merasa Brownie tidak dalam kondisi sehat. Tapi untuk mendekatinya aku masih enggan. Masih trauma dengan kondisi masa kecilku. Tapi aku mulai tidak bisa membohongi hari kecilku bahwa aku mulai menyayanginya. 

Pagi setelah Brownie dimandikan ia berjalan mendekatiku. Kulihat ada luka di kepalanya. Kuambil minyak ajaib ramuan bapak dan mengoleskan di tempat luka Brownie. Brownie berjalan mundur seperti merasakan perih saat diimbuh minyak ke lukanya. 

Keesokan hari luka terlihat sedikit mengering. Tapi bulu-bulu Brownie mulai nampak rontok. Brownie pasti tidak sedang baik-baik saja. Kusampaikan pada suami agar Brownie dikembalikan saja pada pemiliknya semula. Aku khawatir kondisi Brownie semakin memburuk bila tidak dirawat dengan baik karena aku sadar anak-anak belum punya banyak ilmu dalam memelihara hewan seperti kucing. Suami hanya mengangguk. 

Aku terbangun jam 3 pagi dengan terisak-isak. Sholatku pun terasa tidak senyaman biasanya. Fikiran semakin tidak menentu. Kubangunkan si Abang untuk memeriksa kondisi Brownie. Brownie mulai diare. Aku semakin yakin kondisi ini akan membuat Brownie memburuk kesehatannya dan harus mendapatkan penanganan tepat di klinik hewan.

Tanda-tanda kucing sakit dan harus dibawa ke klinik adalah:

  1. Terlihat lemas dan tidak antusias bergerak seperti biasanya
  2. Buang air bermasalah
  3. Mengeluarkan bau tubuh yang tidak sedap
  4. Mengalami luka keropeng di sebagian tubuhnya
  5. Tidak nafsu makan
  6. Sebagian bulunya mengalami kerontokan
  7. Muntah dan diare
  8. Matanya belekan atau keluar cairan

"Jadi kapan Brownie dijemput? Sudah diberitahu kah kalau Brownie sakit?" Tanyaku pada suami.

"Sudah.
Tapi sayang sekali loh. Brownie itu unik dan kucing mahal itu,"kilah suami.

"Tapi kita tidak punya fasilitas memadai buat Brownie. Bunda kuatir kita jadinya zalim terhadap makhluk Allah," pungkasku lagi.

"Iya, nanti ayah sampaikan lagi untuk dijemput," jawabnya menutup pembicaraan kami.

Pengalaman membawa kucing ke Veteriner

Kekuatiran terhadap kesehatan Brownie membuatku akhirnya menghubungi blogger parenting dan menceritakan dari A sampai Z terkait Brownie. Alhamdulillah adikku menyarankan agar Brownie dibawa ke Balai Veteriner yang berada di Jalan Gatot Subroto No 255- A Medan, Sumatera Utara tepatnya di depan Kodam. Balai veteriner merupakan lembaga pemerintahan provinsi yang memiliki laboratorium pengujian hewan dan produk asal hewan untuk wilayah Sumatera Utara dan Aceh dibawah kementerian pertanian. Memeriksakan hewan disini gratis atau tidak berbayar dengan menunjukkan kartu pasien yang bisa diakses langsung di lokasi.

Membawa kucing ke klinik dengan aman

Lepas satu kebingungan muncul case baru lagi. Dengan kondisi Brownie yang diare bagaimana ia bisa dibawa dengan nyaman. Tidak mungkin membawa kandang yang selama ini ia tempati dengan sepeda motor. Tentu sangat ribet dan merepotkan. Setidaknya harus ada tempat khusus yang bisa digunakan untuk membawa kucing dengan aman. Sejenis cat carrier ataupun kandang kecil sepertinya menjadi solusi dalam membawa kucing kami ke vetriner untuk diperiksakan kesehatannya.

Aku menghubungi beberapa teman dan tetangga yang memiliki hewan peliharaan yang berjenis sama. Ada beberapa yang kuhubungi tapi ternyata sama sekali belum pernah membawa kucingnya berpergian.

Alhamdulillah, ada tetangga yang memiliki cat carrier dan mengizinkan kami untuk memakai selama dibutuhkan. Ia pun mengatakan bahwa membawa kucing ke klinik dengan aman dan nyaman agar kucing tidak terlepas atau lari salah satunya adalah dengan menggunakan cat carrier. Cat carrier adalah alat sejenis tas ransel yang memiliki lubang untuk tempat udara dan bagian transparan agar bisa melihat dan memastikan kondisi hewan yang dibawa dalam keadaan baik. Selain menggunakan cat carrier kita juga bisa menggunakan box yang diberikan lubang agar sirkulasi udara terjaga baik.

Akhirnya setelah menunggu hujan reda, kami membawa Brownie jelang siang untuk diperiksa kesehatannya di balai veteriner. Tiba di lokasi seperti biasa kita diminta mengisi administrasi dan diberikan kartu pasien.
Kucing dibawa ke ruang pemeriksaan dan ditimbang terlebih dahulu tidak jauh berbeda seperti umumnya kita membawa pasien ke klinik kesehatan. Brownie sangat kurus. Beratnya hanya 2100 gram. Bisa dikatakan mengalami stunting untuk hewan dengan jenis dan ras di kalangannya.

Setelah ditimbang dan diukur suhu tubuhnya, Brownie diberikan 2 suntikan. Sayangnya aku lupa menanyakan suntikan apa dan fungsinya. Dokter hewan mengatakan bahwa pencernaan Brownie sedang terganggu dan disarankan untuk mengonsumsi makanan cair yakni gastrointestinal Nature bridge sementara untuk makannya selama sepekan agar pencernaannya pulih. Dokter hewan juga meresepkan loperamide 2 mg yang diminum setelah makan sebagai obat untuk Brownie.

Kelihatannya sudah mulai dehidrasi nih Bu, sebaiknya diberikan infus saja dan dirawat di klinik swasta agar tidak kelamaan dehidrasinya.

Ibarat merawat anak sendiri kami pun menuruti saran dokter hewan dari balai veteriner membawa Brownie ke klinik swasta terdekat di tempat kami berdomisili. Ada banyak hewan dirawat disana dan setelah menyelesaikan urusan administrasi kami menuju ruang periksa.

Perawat mengambil sampel kotoran Brownie dan menguji di laboratorium. Dari hasilnya terlihat banyak cacing dan parasit yang membuat saluran pencernaan Brownie terganggu. Brownie mulai demam. Kami memilih untuk melakukan rawat inap agar Brownie bisa dirawat dengan baik.
https://www.jejakbunda.com
Brownie dicurigai terkena virus panley (dokumentasi pribadi)


Masalah yang dialami Brownie cukup kompleks. Selain pencernaan bermasalah, ada banyak parasit seperti tungau yang membuat Brownie mengalami scabies di kulitnya. Beberapa tubuh yang luka ternyata berasal dari tungau yang menggigit dan digaruk Brownie hingga luka seperti keropeng. Namun yang terpenting karena saat ini Brownie sedang demam dan dehidrasi, dokter menyarankan agar fokus pengobatan agar merehidrasi Brownie agar ia tidak lemas dan aktif kembali. Setelah demam dan ia tidak lagi dehidrasi baru lah akan dilakukan pengobatan untuk menuntaskan cacing di pencernaannya dengan dosis rendah sesuai dengan kebutuhannya.
Semoga Brownie segera pulih dan bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

19 komentar untuk "Mengobati Brownie Si Kucing Mix bermotif belang dari Vetriner ke Klinik Hewan"

  1. Luar biasa. Saya juga penyuka kucing dan memelihara kucing, tapi kalau sakit dibiarkan saja sembuh sendiri hehe... Asal makannya aja diperhatikan. Sekalinya pernah ke puskeswan karena kucing pincang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman pertama juga bagi kami membawa kucing ke balai veteriner dan juga klinik hewan swasta dengan pertimbangan sudah banyak komplikasi penyakit pada kucing ini dan tentunya perlu penanganan yang lebih komprehensif.
      Terimakasih kak sudah mampir

      Hapus
  2. Salah satu alasan saya tidak berani melihara kucing atau hewan lainnya adalah karena tidak bisa merawat total. Hanya bisa ngasih makan, tapi tidak mau mengurus yang lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga sama dengan mba Iim, dari dulu kurang telaten urus hewan, pernah kena cakar sampai dan juga ada yg mati karena sakit. Jadinya cuman bisa kasi makan dari luar rumah aja

      Hapus
  3. Jujur aku nggak suka memelihara hewan apalagi yang memang memerlukan perawatan khusus seperti Brownie ini(juga mungkin karena pas Brownie di rumah, dia udah kotor gitu badannya dan bikin isi rumah jadi bau). Kalau kucing liar yang minta tulang ikan mungkin aku masih oke ngasih makannya,tapi kalau harus sampai dirawat gitu aku kurang suka. RIP buat Brownie, semoga tenang di surga dan maaf belum bisa menjaga kamu dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah sudah mati kah?
      Kapan?
      Aku belum tau kabar lainnya. Kirain dia udah dirawat di klinik trus sehat.

      Hapus
  4. Saya ga pernah memelihara kucing jadi belum pernah ke klinik hewan, tapi pasangan memang memelihara kucing banyak ada 30an lebih, tapi untungnya belum pernah ada yang sakit, so far sehat-sehat kucingnya, baca ini jadi nambah pengetahuan buat perawatan kucing kalau ada yang sakit

    BalasHapus
  5. Klinik mana bun?
    Kirain sudah sehat kembali. Malah baca komen yumna sudah mati si kucing.
    Alzam pernah bawa pulang kucing sakit. Dari kondisinya tau itu kucing pasti mau mati. Tapi dia masih ngobatin. Iya paje obat bapak ngeluarin pelan-pelan belatung dari kaki kucing.
    Ya Allah kutaksanggup sampe sejauh itu. Tapi dia santai ngerjainnya. Iiih sampe bergidik aku

    BalasHapus
  6. Nyaris sama, suami dan anak-anak sangat suka kucing, sudah beberapa kali minta izin pelihara kucing di rumah tapi aku masih enggan. Bagi aku cukuplah seperti sekarang ini, ada kucing yang cuma datang ke rumah buat makan dan setelahnya pergi, soalnya aku alergi bulu kucing bisa bersin terus aku kalau ada bulu kucing beterbangan. Kadang suka kasihan sama anak-anak tapi memang kondisi ngak mengizinkan.

    BalasHapus
  7. Saya sebetulnya penyuka kucing dari kecil, tetapi sejak saya alergi bulu hewan sudah tidak pernah lagi merawat hewan
    Selain itu rumah yang sekarang juga tidak minim lahan kosong sehingga kendala kalau mau merawat hewan

    BalasHapus
  8. Brownie semoga cepet pulih ya. Urusan hewan peliharaan memang harus bener-bener telaten ya. Apalagi sering disayang-sayang, begitu sakit rasa sedihnya pasti terasa.

    BalasHapus
  9. Beberapa waktu lalu saat eyang masih ada, di rumah banyak hewan oeligaraan yaitu ayam hutan, burung dan salah satunya kucing. Memang harus telaten merawat hewan-hewan itu, harus sayang seperti manusia.

    BalasHapus
  10. Wah, jadi inget anakku akhir-akhir ini sering banget minta pelihara kucing. Bukannya aku nggak suka, suka malah kalo liat kucing gemoy. Tapi aku nggak berani sama tanggung jawabnya itu lo kak. Kan nggak cuma ngasih makan minum dan tempat tidur aja ya, tapi juga perawatan lainnya termasuk kalo sakit. Nah ini yang aku belum siap, apalagi aku orangnya males ribet dan nggak sabaran.

    BalasHapus
  11. Kak Shisca, aku salfok sama 9 anak...Masya Allah, dulu pertama kenal masih bunda d'lima..lama tak berkabar lewat blogwalking sudah 9 buah hatinya. Barakallah, semoga sehat selalu.
    Lalu gimana kabar si Brownie selanjutnya...duh kasian dia

    BalasHapus
  12. Ya Allah Brownie, semoga kamu lekas baikan ya.

    Salah satu alasanku malah nggak mau ikutan punya hewan peliharaan lagi malah karena aku nggak sanggup kehilangan kucing lagi, Mba. Rasa sedihnya tuh beneran sediiiihhhh banget.

    Baca kisah Brownie kan aku ikutan sendu Rupanya dia sakit karena bakteri dan parasit nakal. Lekas sehat lagi yaaa, Brownie.

    BalasHapus
  13. Pasti sangat merepotkan ya Bun kalau punya kucing di rumah. Apalagi kalau kucingnya belum terbiasa untuk toilet training. Membersihkan kotorannya itu lho. Capek banget. Saya sendiri, kurang lebih kondisinya sama dengan Bunda. Cuma bedanya, saya yang jadi suaminya, dan istri yang banyak ngangguk ya.
    BTW, semoga lekas sembuh untuk Brownie ya Bun. Kalau bisa airnya selalu rajin diganti.

    BalasHapus
  14. sehat dan ceria selalu untuk brownie ya kak :D

    BalasHapus
  15. karena dirumahku nggak ada hewan peliharaan kucing, jadi aku kurang paham kalau soal tanda-tanda kucing sakit. Mungkin kalau aku ke rumah temen dan dia punya kucing, aku jadi tau dari cerita temen aku, mungkin mendadak ga aktif kayak biasanya, pasti ada yang ga beres sama tubuhnya

    BalasHapus
  16. Brownie cepat sembuh yaa.. sedih banget kalau peliharaan sakit ya mba. Kucingku si Kopi juga baru sakit, gak bisa pipis dan gak mau maem. Sudah ke dokter Alhamdulillah sudah membaik.

    BalasHapus