Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

In memoriam Brownie, Cinta yang tumbuh seiring dengan mengikhlaskan



Tersentak dan langsung terisak, begitulah aku mengawali hariku tepat pukul 3 pagi ini. Segera ku langkahkan kaki menuju kamar mandi, membasuh kepala dan menyelesaikan semua rukunnya hingga kaki. Dari kejauhan, terlihat anak-anak meringkuk memeluk selimutnya. Pagi ini memang lumayan sejuk. Padahal hujan tidak turun kemarin. Kumulai mengangkat tangan dan khusyuk menyelesaikan setiap rakaatnya hingga salam.

Hei apa nama rasa yang menghinggapi ini. Mengapa resah tak beranjak hingga gelisah menyelimuti. Sajadah kulipat persegi sambil mengingat apa kiranya perasaan yang menghantui.



Subhanallah, Brownie.
Aku langsung bergegas membangunkan Abang, putraku memintanya untuk melihatmu Ownie.
"Temani Bunda, Bang" pintaku pada lelaki remaja yang mengucek matanya sambil menjatuhkan kedua kakinya di ubin bawah dipan kayu.
Tanpa berkata, ia mengikutiku turun dengan langkah satu satu menyusuri anak tangga memencet tombol lampu dan memutar kunci pintu.

Dan engkau meringkuk di kandang kecil sebagai tempat berteduh Ownie.
Maafkan bunda. Mungkin resah ini hadir karena terlupa memindahkan engkau masuk ke hangatnya ruang tamu. Air mata menetes kecil tanda sesal yang mengalir.

Selimuti Brownie, Bang. Pintaku pada remaja belasan tahun kesayangan. Untung saja diluar tidak hujan  Tapi kutau, teras kecil walaupun terjaga dari lintasan angin malam karena tertutup pagar tinggi tetap tak senyaman ruangan tidurmu di rumah. Ah Ownie, maaf bila ini terasa zalim bagimu.

Bunda memang tak menyambut kehadiranmu hangat di awal engkau datang ke rumah kecil ini. Trauma masa kecil membuat tak satupun hewan dijadikan keluarga tambahan disini. Hanya sekedar memberi ikan untuk beberapa kucing melintas meminta makan tapi tidak untuk dipelihara. Keputusan memelihara hewan yang cukup tiba-tiba tanpa kompromi dan ilmu serta fasilitas memadai. Ah Brownie, andai waktu bisa diulang kembali.

Tubuhmu semakin menguarkan aroma tidak sedap. Engkau sakit Ownie. Kuminta engkau dikembalikan kepada pemilik pertama yang lebih faham kondisi dan kebutuhanmu. Tapi tetap saja tidak berbalas sesuai inginku. Bukan. Bukan karena tak mencintamu. Justru cinta ini telah tumbuh. Ia singkat namun amat melekat.

Tak ingin menunggu lama, kuputuskan membawamu periksa ke balai Veteriner. Cuaca di Medan memang sedang ekstrem, Onie. Pagi tadi gerimis rapat hingga membuat bunda tak hendak membawamu walau dengan cat carrier. Dan hanya berselang dua jam panas serasa membuat kita berada di sauna terbuka. Kompak dengan asap tebal kendaraan berpadu dengan debu dari lokasi proyek pembangunan underpass di Gatot Subroto.
Tangis kecilmu lirih terpapar sinar matahari yang menembus cat carrier.
"Sebentar ya Nak. Panas ya. Sebentar lagi sampai,"

Kutarik carrier menghadap depan. Engkau kuletakkan diantara kedua paha agar terhindar dari paparan matahari yang sedang cerah-cerahnya. 

"Salah maps nih, kita putar arah sepertinya," tukasku melihat notifikasi dari maps.

Akhirnya sampai di lokasi, kuselesaikan administrasi di loket admisi. Engkau semakin lemah setelah diberikan dua suntikan. Aku hanya ingin engkau sembuh dan ceria walau siapapun nanti yang akan menjadi keluargamu. Saran untuk membawamu rawat inap di klinik hewan swasta akhirnya kuamini.

Langsung kau kami bawa menuju klinik swasta terdekat. 
Suhu tubuh yang mulai tinggi membuat engkau diberikan suntikan penurun demam dan vitamin untuk penambah nafsu makan. Tak tega, padahal di balai Veteriner engkau pun baru diberikan dua suntikan. Tapi aku hanya berfikir dokter yang menangani pasti lebih tahu upaya kesembuhanmu.

Tes mikroskop dilakukan lewat kotoranmu. Ditemukan banyak cacing di pencernaan dan menurut dokter engkau terindikasi suspek virus panley. Entahlah aku pun baru mendengar istilah ini. 

Bunda mengisi formulir penitipan dan menyerahkan dana deposit agar engkau dirawat dengan baik.
Kami tinggalkan engkau dengan infus yang menempel di tubuh kecilmu. Engkau masih terlihat cukup baik.
Setiap pagi dan malam hari laporan dari klinik tentang kondisimu masuk kedalam percakapan di aplikasi hijau. Sudah dua hari berlalu Ownie, tak sabar bunda menjemputmu pulang. 
Bahkan kami berencana mempersiapkan kejutan kandang baru untukmu.
www.jejakbunda.com
Dokumentasi pribadi dari tangkapan layar 



Lalu pagi 9 Agustus, klinik mengabarkan engkau lemas dan tak mampu bertahan lagi. Air mata menganak sungai membaca chat tentang kabarmu. Ownie, tak inginkah engkau berlari kecil mengitari ruangan kecil bersama tawa para bocah di rumah barumu. 

Selamat jalan Ownie.
Maafkan bila ikhtiar maksimal yang bunda lakukan tak berbuah kesembuhan dan berkumpulnya engkau bersama kami kembali. Hadirmu tidak menjadi takdir kebersamaan yang panjang di keluarga ini.

Ownie, bunda ikhlas sayang. Walau pipi ini tak kuasa basah diterjang airmata yang berebut jatuh ke bawah.
Ownie sudah sehat kembali. Sudah tidak sakit. Kilatan kebersamaan kita yang singkat akan terus melekat di hati kami.

In memoriam, Brownie.


12 komentar untuk "In memoriam Brownie, Cinta yang tumbuh seiring dengan mengikhlaskan "

  1. Mewek aku bacanya. Ingat kucing oyen kuning yang sering lewat depan rumahku. Lucu, tp gda yang mau merawat. Kami pun tak bisa merawat karena di dalam rumah ada yg alergi bulu kucing. Sebenarnya kasus kucing/hewan liar ini masalah, drpd meninggal dalam kesakitan, ada baiknya dibawa ke penampungan kucing/hewan. Karena mereka juga layak sejahtera 🥲

    BalasHapus
  2. Brownie sekarang sudah ngak sakit lagi, jadi ingat kucingnya anak-anak karena sudah usia dan sempat mengalami berbagai penyakit akhirnya sekarang ngak merasa sakit lagi, sampai sekarang anak-anak masih susah move on padahal sudah hampir setahun lagi, memang sedih sih biasanya setiap sabtu beli makanan buat stok akhirnya kalau ke pasar lewat di tukang ikan langganan suka sedih.

    BalasHapus
  3. Hai, Mbak.. kisah Brownie ini mirip kisah anakku. Anakku menemukan kucing di pasar dalam keadaan sakit. Dia bersikeras membawanya pulang. Ternyata selama perjalanan menuju rumah, kucing itu bertambah lemas. Jadilah kami segera membawanya ke klinik, gak jadi dibawa pulang.

    Qadarallah, memang dia sudah sakit parah dan harus rawat inap diinfus. Kami sudah pasrah dan ikhlas. Benar saja, esoknya si kucing gak bisa diselamatkan. Anakku nangisss sambil menggendong tubuh miaw yg terbungkus kaku. Kami membawanya pulang dan menanamnya di halaman. Insya Allah, dia akan menjadi saksi di akhirat kelak bahwa kami menyayanginya.

    BalasHapus
  4. sesedih itu ya mba kalau kehilangan pet kesayangan itu, pasti banyak sekali kenangannnya tapi kalau kita sudhah maksimal menyembuhkannya dan membawanya ke dokter hewan setidaknya bisa mengurangi rasa menyesalnya, sekarang brownie sudah ga sakit lagi

    BalasHapus
  5. AH jadi teringat kucingku Inyo yang yerserempet sepeda, kami sekeluarga sedih banget, Bapakku sampai sesenggukan juga secara kami sayang banget padanya. Kucing yang unik kesayangan kami
    Selamat jalan Ownie, engkau sudah tidak sakit lagi

    BalasHapus
  6. Sedihnya. Saya tidak punya cerita spesial dengan kucing. Namun, lihat video Ownie di akhir, kok nelangsanya sampai ke sini. Istirahat yang tenang, ya, Ownie, sekarang sudah tidak sakit lagi.

    BalasHapus
  7. sedihh, kehilangan kucing kesayangan rasanyaa campur aduk. Udah menemani dirumah sekian lama, diajak bermain bersama, dan tiba-tiba sakit

    BalasHapus
  8. Pernah kucing kecil yang 2 hari berturut selalu pup di sofa tiap malam, akhirnya di letak di garasi di malam ketiga. Bukan karena dingin akhirnya menyesal. Ternyata malam dia diintai kucing garong besar. Gak sampai berdarah memang. Tapi kucing nya trauma dan mati.

    BalasHapus
  9. Sedih banget. Padahal ini anak bulunya gak diasuh di rumah ya.
    Saya dan anak malah punya kucing namanya comot, dia tidur bareng kami di kasur dan kamar yg sama. Lucu dan udah menurut.
    Udah empat tahun bersama tiba tiba sakit, sampai meninggalkan kami, saking sedihnya saya gak lihat comot dikubur. Hanya suami dan anak yg mengurusinya

    BalasHapus
  10. Dulu, di kampung, tidak ada akses perawatan hewan, termasuk kucing. Meskipun mereka menjadi kesayangan, tapi kalau sudah sakit, biasanya kucing selalu pergi sendiri. Mereka mengasingkan diri, lalu meninggal di tempat yg jauh dari manusia.

    BalasHapus
  11. In syaa Allah jadi amal baik Emak sekeluarga. Brownie umurnya cuma sampai di situ dan sudah merasakan cinta tulus dan Emak sekeluarga. Baarakallahu fiikum.

    BalasHapus
  12. Hal yang saya takutkan ketika memelihara kucing terlebih yang sudah dekat dan sudah kaya mengenal kita banget, adalah gak tahu keadaannya seperti apa. Kalau misalnya mati, masih lumayan bisa menerima. Tapi kalau gak tahu dan lama gak pulang. Sedih banget asli.

    BalasHapus