Dek, nanti kalo anakmu diminta suntik dari sekolah gak usah mau. Ada-ada aja masih kecil kok disuntik segala. Takutnya jadi mandul pula anak kita, kering rahimnya. Udahlah minum jamu wawak juga yang betol
Wak Jumi tetangga kami yang udah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang jamu ngomel panjang lebar sambil memindahkan botol jamu yang sudah kosong ke wadah plastik berbentuk keranjang putih. Mira, teman sepermainanku sejak kecil menyikut lenganku pelan sambil mengedipkan mata. Pasalnya sebelum Wak Jumi melewati kami, sempat ada obrolan terkait BIAS dan HPV yang cukup seru diantara kami berdua.
|
Narasumber di kelas jurnalis 3.0 |
HPV dan BIAS itu apa sih?
Human Papillomavirus yaitu kepanjangan dari HPV adalah sekelompok lebih dari 200 virus terkait, beberapa diantaranya menyebar melalui hubungan seks vaginal, oral ataupun anal. HPV dapat menyebabkan tumbuhnya kutil pada kulit dan kelamin. Pada kasus yang lebih parah, inveksi HPV bisa memicu kanker serviks (leher rahim) dan faktanya kanker serviks ini merupakan penyakit dengan tingkat kematian tertinggi yang menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sedihnya lagi Indonesia yang kita cintai ini menempati posisi sebagai peringkat pertama negara dengan kanker serviks tertinggi di ASEAN.
Jenis HPV yang mencapai ratusan ini terdapat 14 jenis HPV yang berisiko menyebabkan kanker yakni HPV 16 dan HPV 18 yakni varian yang paling sering menyebabkan kanker. HVP bisa menyerang siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Infeksi HPV seringkali tidak menimbulkan gejala sama sekali. Sehingga biasanya penderita tidak aware terhadap dirinya dan baru bersedia berobat disaat kutil telah muncul di permukaan kulit dan virus sudah menimbulkan kanker pada bagian tertentu.
Diagnosis HPV
Pemeriksaan untuk mendeteksi HPV terbagi menjadi beberapa jenis yakni :
1. Pap Smear
Pap Smear merupakan skrining tes yang berfungsi untuk mendeteksi adanya tanda-tanda kanker pada mulut rahim dengan mengambil sampel jaringan dari vagina dengan spekulum .
2. HPV DNA Test
HPV DNA test hampir mirip dengan metode pap smear, hanya saja berbeda pada sampel pengujian yakni swab serviks maupun cairan urin. Tingkat akurasinya lebih tinggi hingga 90an persen sehingga menjadi salah satu metode test yang disarankan oleh WHO
3. IVA Test
Visual Inspection with acetic Acid atau tes IVA adalah prosedur pemeriksaan dengan mengoleskan cairan ke bagian serviks lalu memastikan perubahan warna pada leher rahim pasca pemberian cairan
BIAS itu adalah program pemerintah kepanjangan dari Bulan Imunisasi Anak Sekolah.
Begitu yang kujelaskan pada Mira. Beruntung kemarin aku mengikuti Kelas Jurnalis 3.0 yang diadakan di Premiere Santika Dyandra Hotel & Convention Medan dan mendapatkan banyak penjelasan dari Prof. dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu, M.Ked (Ped), Sp.A, Ph,D(CTM) tentang pentingnya imunisasi HPV sebagai upaya pencegahan kanker serviks agar Indonesia bisa keluar dari peringkat pertama kanker serviks tertinggi di ASEAN. Hadir pula Drs Basarin Yunus Tanjung MSI yang merupakan PLT Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Beliau menjelaskan screening pap smear sebenarnya sudah bisa menjadi langkah awal pencegahan dan deteksi kanker serviks. Namun karena angka cakupannya kurang dari 10 % dari target 70% maka pemerintah mengambil langkah alternatif dengan melakukan vaksinasi di BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Pemberian dosis vaksinasi HPV cukup 2 dosis untuk mengcover seumur hidup bagi anak perempuan yakni di usia 9-13 tahun. Dosis pertama diberikan pada bulan Agustus di kelas 5 SD/MI dan dosis kedua setahun kemudian di kelas 6 SD/MI sederajat.
Imunisasi, Tantangan dan Masalah
Imunisasi merupakan upaya paling cost effective dalam mencegah kesakitan kecacatan dan kematian akibat PD3I. Imunisasi merupakan hak dan kewajiban bersama dan menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat untuk menjamin seluruh anak mendapatkan imunisasi. Landasan hukum terkait imunisasi adalah UUD 1945, Undang-undang perlindungan anak no 35 tahun 2014, UU Pemerintahan Daerah no 23 tahun 2014, dan Undang-undang Kesehatan no 17 tahun 2023.
Syarat keberhasilan imunisasi HPV adalah cakupan HPV harus tinggi yakni sekitar 90% dan sebarannya merata sehingga mencapai target yang diharapkan. Untuk itu BIAS tidak hanya menjadi tanggungjawab dari petugas kesehatan tapi juga didukung partisipasi masyarakat yang tinggi dari semua komponen.
Tantangan dan Masalah seputar Imunisasi
Penolakan imunisasi ini diakibatkan oleh isu-isu negatif terkait imunisasi dan mitos-mitos yang berkembang.
Mitos-mitos seputar vaksinasi:
1. KIPI
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi seringkali menjadi salah satu alasan kekuatiran orangtua dan masyarakat terhadap program imunisasi HPV. Padahal pada prakteknya jarang sekali laporan maupun aduan terkait efek samping vaksinasi ini. Adapun yang terjadi adalah nyeri ringan di lokasi vaksin yang menghilang dalam beberapa hari.
2. Menyebabkan kemandulan
Vaksinasi HPV menyebabkan kemandulan adalah salah satu hoaks yang muncul di Inggris dan ternyata kasus prematur ovarium ini setelah dilakukan penelitian sama sekali tidak terbukti dan tidak berhubungan dengan vaksinasi.
3. Status kehalalan
Vaksinasi HPV telah mendapatkan status kehalalan dari Islamic Food and Nutrition Council of America (IFANCA) dan proses pembuatannya sama sekali tidak melibatkan ataupun bersinggungan dengan porcine. Untuk itu masyarakat tidak perlu merasa kuatir terhadap status kehalalan dari vaksinasi HPV.
4. Cuma mengenai wanita
HPV tidak hanya menjadi risiko bagi perempuan Saja. Sekitar 8 dari 10 perempuan dan laki-laki memiliki risiko terkena HPV. Artinya ini bisa mengenai siapapun dan menjadi penyebab kanker seperti orofaring, return papilomatosis dan beberapa penyakit genital warts.
Salah satu penyebab rekomendasi WHO terhadap pemberian vaksinasi HPV pada anak perempuan usia 9 sampai dengan 13 tahun dapat menjadi lebih maksimal karena kelompok usia ini belum aktif secara seksual sehingga menjadi proteksi dini kepada anak.
- Kolaborasi dengan lembaga terkait
Pentingnya vaksinasi HPV bagi remaja menjadi salah satu program pemerintah yang harus menjadi suksesi bagi semua kelompok masyarakat untuk ambil bagian agar risikonya bisa dihindari. Informasi yang diberikan kepada orangtua dan masyarakat berupa edukasi harus benar dan merata agar angka cakupan vaksinasi sesuai dengan target. Walau bagaimanapun, masyarakat berhak mendapatkan informasi kerugian bila tidak mendapatkan layanan vaksinasi HPV secara gratis. Untuk anak-anak usia sekolah bisa mengakses vaksin ini di BIAS yang dilaksanakan pemerintah melalui sekolah. Namun bagi anak-anak yang tidak mengakses pendidikan di sekolah dapat menerima layanan vaksin langsung di puskesmas dan pusat layanan kesehatan terdekat di daerah domisilinya. Optimalisasi peran lintas sektor dan upaya jemput bola dari petugas pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas dan sektor layanan kesehatan harus didukung dan diapresiasi.
- Kurangnya demand dari masyarakat untuk rutin imunisasi
Kurangnya demand dari masyarakat untuk rutin imunisasi dan adanya mekanisme pengingat jadwal imunisasi bagi orang tua agar berkurangnya kekuatiran pemberian imunisasi ganda. Untuk HPV sebagai salah satu antigen baru masyarakat tidak perlu menjadi kuatir karena pemberian vaksin HPV aman diberikan bersamaan dengan vaksin yang lain. Pemberian dosis bersamaan dengan jenis vaksin berbeda dilakukan dengan syringe berbeda dan lokasi injeksi yang berbeda pula. Intinya pemberian vaksin ini bisa dilakukan tanpa perlu ditunda tanpa melihat status imunisasi dasar lengkap pada anak.
Wah, kalo informasinya lengkap dan tepat sebagai orangtua kita jadi tenang ya mengizinkan anak-anak perempuan usia 9-13 tahun untuk ikut vaksin HPV dan turut mengambil keputusan dalam mengurangi risiko
Begitu komentar Mira temanku setelah kami menyelesaikan pembicaraan terkait vaksin HPV. Dengan semangatnya masyarakat menyambut suksesi program imunisasi ini maka Indonesia optimis bisa keluar dari peringkat pertama kanker serviks tertinggi di ASEAN dan menjadi Indonesia sehat yang bebas HPV
|
Author di acara Kelas Jurnalis 3.0 |
Aduh rusuh kali Wak Jumi. Dan yang begini modelannya bukan cuma satu. Ada banyaaak sekali. Sehingga sampai sekarang target capaian imunisasi sepenting ini masih saja rendah. Syukur sekali ikut langsung dalam sosialisasi program BIAS ini ya kak, jadi kita lebih aware tentang pentingnya mencegah sebelum mengobati.
BalasHapusKalau untuk mamak2 macam awak ada gak kak shis vaksin HPVnya? secara awak berani di pap smear hehehe. Vaksin HPV penting banget untuk saat ini karena kita tidak tau virus itu datang dari mana saja ya kan
BalasHapusTypo *gak berani* maksudnya 😁
HapusMemang patut disayangkan kalau masih ada saja yang menarik diri dari imunisasi penting seperti HPV ini gara-gara kemungkinan KIPI. Padahal kan bisa disiasati.
BalasHapusIya ya kak, sekarang ini sudah waktunya kaum hawa melek imunisasi didukung oleh keluarga. Penting banget mencegah penyakit di rahim.
HapusDengan adanya kesadaran mayarakat tentang imunisasi HPV, semoga Indonesia menjadi negara yg bebas ksnker serviks.
BalasHapusSemoga makin berkurang orang seperti Wak Jumi setelah ada edukasi dan sosialisasi terkait imunisasi HPV ini. Mengingat manfaatnya, semoga sukses programnya dan Indonesia bisa keluar dari peringkat pertama kanker serviks tertinggi di ASEAN dan menjadi Indonesia sehat yang bebas HPV
BalasHapusHarus ada edukasi tentang imunisasi HPV ini secara masif karena ini manjadi hal yang penting untuk diketahui oleh wantia dan menjadi proteksi dini untuk pencegaan kanker servik
BalasHapusDi kampung saya juga kalau masalah imunisasi ini masih jadi permasalahan besar. Banyak masyarakat yg masih menentang. Padahal jika dibandingkan dengan akibatnya nanti jika kena penyakit, bisa lebih berbahaya ya
BalasHapusSaya sendiri setuju untuk mendukung program vaksinasi dan imunisasi untuk mencegah kanker serviks ini
Semoga makin banyak masyarakat yang teredukasi dengan benar mengenai vaksin hpv ya bun.
BalasHapusSayang banget kalo sampe gak capai target.
Wah benar banget nih mbak, edukasi tentang vaksin HPV itu penting banget. Karena informasi yang tidak lengkap sering kali membuat orang tua takut terjadi apa-apa setelah anaknya divaksin. Dengan adanya informasi yang jelas maka para orang tua tidak takut dan khawatir kalau anaknya nanti divaksin.
BalasHapusVaksin untuk pencegahan penyakit ini tentunya sangat penting ya, tapi banyak isu-isu atau pun mitos tentang vaksi membuat banyak orang enggan untuk vaksin. sangat disayangkan
BalasHapusWaduuh orang kayak Wak Jumi ini yang bikin tersendat ya. Padahal penting banget vaksin HPV ini.
BalasHapusSemoga semakin banyak masyarakat yang teredukasi dengan benar mengenai vaksin HPV.
Ikut sukseskan imunisasi HPV nih, demi kesehatan perempuan Indonesia dalam mencegah kanker serviks. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
BalasHapusKesehatan reproduksi itu penting banget untuk para perempuan di Indonesia. Vaksin HPV jadi solusi untuk mencegah kanker serviks yang bagi saya menakutkan sih
BalasHapusbanyak kali masyarakat yg anti vaksin emang
BalasHapusAlhamdulillah ak dan suami sependapat soal ini
tujuan kita ikhtiar Wak Jumi
semoga segera terpenuhi ya kak, huhu takut banget kalau udah bahas kanker