Serba-serbi nama ananda
Salah satu dari ketujuh tugas orang tua pada anak setelah ia dilahirkan adalah memberikan nama yang bagus dan memiliki makna yang baik. Setidaknya begitulah adab menyambut bayi dalam ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Seperti bagaimana dicontohkan pula oleh Nabiyullah Zakaria saat diberikan anak lalu Ia menamai putranya 'Yahya' yang memiliki arti yang baik.
Pemberian nama ini tak hanya baik dari segi arti saja, tapi panggilan pun juga bermakna baik. Banyak sekali ditemui seseorang diberi nama Abdullah yang bermakna hamba Allah. Tentunya ini nama yang bermakna baik. Sayangnya, panggilan nama sang anak adalah Dolah, atau Bedul atau Dul. Hampir mendekati kata Dhall ( baca: Dol) yang bermakna kesesatan. Walyad'uzubillah.
Waktu yang tepat memberikan nama untuk si buah hati menurut hadits adalah sesegera mungkin setelah sang anak lahir, atau di hari ketiga atau di hari ketujuh kelahirannya. Namun kita sebagai orang tua boleh-boleh saja mempersiapkan rancangan nama untuk ananda sebelum nama yang sudah lulus uji dan diskusi diketuk palu lewat aqiqah dan pengurusan akte lahir.
Inspirasi nama boleh berdasarkan Asmaul Husna yang jelas baik artinya, boleh dari nama Nabi ataupun orang-orang shaleh, boleh terinspirasi dari sahabat Nabi ataupun dari ayat-ayat Al-Qur'an yang bermakna baik. Sedikit cerita, saya punya tetangga yang memberikan nama setelah ia lihat acak salah satu ayat dalam Al-Qur'an. Lalu ia segera menamai anaknya berdasarkan potongan ayat yang ia ambil. Syukurnya saat belum resmi dalam pengurusan akte lahir, ada yang mengkritik nama yang hendak disematkan ke anak karena walaupun dari Al-Qur'an makna potongan ayat tersebut tidak baik walaupun terdengar enak ditelinga.
Nur Dzulma, begitulah nama yang hendak ia berikan ke anaknya. Nur artinya cahaya karena anaknya perempuan, Dzulma berarti kegelapan. Satu redaksi dengan Dzalim- Dzaliman. Bila digabungkan bermakna cahaya kegelapan. Alhamdulillah, terkoreksi sebelum sah di mata hukum administrasi. Berganti menjadi Nur Aini yakni cahaya mata.
Yang jadi poin penting disini, teliti maknanya. Karena kata 'sayathin' pun ada dalam Al-Qur'an. Padahal artinya Saythan.
Ada kasus lain lagi. Terkadang memiliki semangat memberikan nama dengan bunyi ke-Arab-arab-an tanpa tahu arti sering juga terjadi di masyarakat. Ada seorang teman bercerita bahwa saudaranya suka sekali dengan sahabat nabi yang bernama Abu Hurairah. Saudaranya itu adalah pecinta kucing. Karena terinspirasi dengan karakter Abu Hurairah yang suka sekali dengan kucing ia berniat memberikan nama dengan ujung Hurairah. Apakah ini baik. Tentu. Sayangnya ia lupa memadankan tambahan nama dengan maknanya. Akhirnya nama sang anak menjadi sedikit rancu maknanya karena sang orangtua memilihkan nama berdasarkan keunikan saat pengucapan saja. 'Laban Hurairah'. Begitu nama sang anak, yang sayang sekali sudah tidak bisa diganti karena terlanjur aqiqah dan sudah keluar akte lahirnya saat hendak dikoreksi.
Laban adalah susu dari bahasa Arab.
Hurairah adalah kucing.
Jadi makna nama sang anak bila digabungkan adalah susu kucing. Saya jadi berdoa semoga produsen makanan dan minuman kucing tidak tertarik menjadikan nama tersebut menjadi merek produk.
Ada pula pemberian nama berdasarkan singkatan dari kedua orang tua ataupun berdasarkan sejarah tanggal dan tempat bersalin sang anak.
Misalnya tetangga saya Andi. Ternyata merupakan akronim dari Anaknya Didi. Ada juga salah satu dosen saya, namanya merupakan akronim dari tanggal kelahirannya. Orangtuanya bermaksud agar tidak lupa tanggal karena jumlah anaknya banyak. Akronim dari Hari Kamis bulan Juni tanggal empat belas. Sengaja tidak saya sertakan nama asli beliau agar tidak di searching netizen.
Yang agak sedih adalah kerabat ayah saya, karena tempat bersalinnya disekitaran tong sampah, maka ia namai anaknya Sampah.
Syukurnya taqdir Allah memanggilnya sebelum tahun 2000an. Dimana peraturan pengelompokan jenis sampah dan limbah baru menjadi perpu sekitar tahun 2010. Akhirnya sampai ia berpulang ke Rahmatullah tidak ada yang mengolok-oloknya ia termasuk golongan hijau, kuning atau merah (organik, non organik atau B3).
Di blog ini saya ingin bercerita tentang nama yang akhirnya kami sematkan ke anak-anak kami beserta panggilan kesayangan mereka yang seringkali tidak nyambung dengan nama lengkap mereka.
1. Salvinia Casilda
Sepanjang proses kehamilan putri pertama ini, saya tidak pernah mendiskusikan perihal nama calon anak pertama kami dengan suami saya. Sebab, di keluarga kami ayah begitu saklek menjadi pemberi nama buat anak-anaknya tanpa campur tangan ibu. Ayah merasa ini otoritasnya sebagai penanam saham dan ibu pun tidak menolak kehendak ayah walaupun ibu berhak meminta andil sebagai pemilik lapak. Saya secara otomatis berfikir bahwa suami saya tentunya sudah mempersiapkan nama untuk bayi perempuan kami. Embel-embel marga tentu sudah dipastikan menempel karena suami merupakan asimilasi keturunan Simalungun dan Minang. Kecenderungan budaya patriarki di Indonesia, akhirnya marga yang diberikan adalah berdasarkan marga sang opung.
Sehari setelah pulang dari Rumah Sakit pasca bersalin, saya bertanya pada suami perihal nama. Sebab, saya sudah ingin memanggil bayi saya dengan panggilan namanya agar terjalin bonding. Ternyata suami hasil ta'aruf ini belum tau ingin memberikan nama apa buat bayi nya. Saya berusaha untuk tidak gubrak karena saya sadar bukan Intan Nuraini. Dengan inisiatif dan dedikasi tinggi saya panggil bayi perempuan saya Yumna. Dengan harapan ada keberkahan sebagai anak perdana karena maknanya adalah kanan. Urusan full name saya tugaskan suami segera menuntaskannya. Akhirnya ia sampaikan nama lengkap putri kami atas inspirasi kisah heroik putri pemberani di masa Andalusia yang bernama Casilda.
2. Imad ArRuhusSyahid
Putra kedua kami lahir selang setahun lima bulan setelah kakaknya. Kami beri panggilan Aiman agar bisa semakna dengan Yumna.
Untuk nama lengkapnya, Imad bermakna tonggak ataupun tiang. Bila diteruskan hingga full harapan kami agar lelaki pertama di keluarga kami mampu menjadi tiang penguat yang memiliki ruh sebagai seorang syuhada.
3. Rumaisha Huurun Naashirah
Inspirasi nama putri ketiga kami adalah sahabiyah Ummu Sulaim. Kami berharap ia sekokoh Ummu Sulaim dan mampu menjadi istri yang menguatkan keislaman pasangan hidupnya dengan akidah yang benar dan sosok ibu yang kuat yang berhasil menempa Anas bin Malik sebagai khadim Rasulullah.
4. Ahmad Taqy Jundana
Pentingnya pemberian nama ini membuat kita akhirnya mengubah paradigma berfikir sebuah ungkapan 'Apalah arti sebuah nama'. Karena memang dalam Islam, nama itu sangat penting.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
Sesungguhnya diantara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa.” (HR. Ibnu Najar)
Pemberian nama ini tak hanya baik dari segi arti saja, tapi panggilan pun juga bermakna baik. Banyak sekali ditemui seseorang diberi nama Abdullah yang bermakna hamba Allah. Tentunya ini nama yang bermakna baik. Sayangnya, panggilan nama sang anak adalah Dolah, atau Bedul atau Dul. Hampir mendekati kata Dhall ( baca: Dol) yang bermakna kesesatan. Walyad'uzubillah.
Waktu yang tepat memberikan nama untuk si buah hati menurut hadits adalah sesegera mungkin setelah sang anak lahir, atau di hari ketiga atau di hari ketujuh kelahirannya. Namun kita sebagai orang tua boleh-boleh saja mempersiapkan rancangan nama untuk ananda sebelum nama yang sudah lulus uji dan diskusi diketuk palu lewat aqiqah dan pengurusan akte lahir.
Inspirasi nama boleh berdasarkan Asmaul Husna yang jelas baik artinya, boleh dari nama Nabi ataupun orang-orang shaleh, boleh terinspirasi dari sahabat Nabi ataupun dari ayat-ayat Al-Qur'an yang bermakna baik. Sedikit cerita, saya punya tetangga yang memberikan nama setelah ia lihat acak salah satu ayat dalam Al-Qur'an. Lalu ia segera menamai anaknya berdasarkan potongan ayat yang ia ambil. Syukurnya saat belum resmi dalam pengurusan akte lahir, ada yang mengkritik nama yang hendak disematkan ke anak karena walaupun dari Al-Qur'an makna potongan ayat tersebut tidak baik walaupun terdengar enak ditelinga.
Nur Dzulma, begitulah nama yang hendak ia berikan ke anaknya. Nur artinya cahaya karena anaknya perempuan, Dzulma berarti kegelapan. Satu redaksi dengan Dzalim- Dzaliman. Bila digabungkan bermakna cahaya kegelapan. Alhamdulillah, terkoreksi sebelum sah di mata hukum administrasi. Berganti menjadi Nur Aini yakni cahaya mata.
Yang jadi poin penting disini, teliti maknanya. Karena kata 'sayathin' pun ada dalam Al-Qur'an. Padahal artinya Saythan.
Ada kasus lain lagi. Terkadang memiliki semangat memberikan nama dengan bunyi ke-Arab-arab-an tanpa tahu arti sering juga terjadi di masyarakat. Ada seorang teman bercerita bahwa saudaranya suka sekali dengan sahabat nabi yang bernama Abu Hurairah. Saudaranya itu adalah pecinta kucing. Karena terinspirasi dengan karakter Abu Hurairah yang suka sekali dengan kucing ia berniat memberikan nama dengan ujung Hurairah. Apakah ini baik. Tentu. Sayangnya ia lupa memadankan tambahan nama dengan maknanya. Akhirnya nama sang anak menjadi sedikit rancu maknanya karena sang orangtua memilihkan nama berdasarkan keunikan saat pengucapan saja. 'Laban Hurairah'. Begitu nama sang anak, yang sayang sekali sudah tidak bisa diganti karena terlanjur aqiqah dan sudah keluar akte lahirnya saat hendak dikoreksi.
Laban adalah susu dari bahasa Arab.
Hurairah adalah kucing.
Jadi makna nama sang anak bila digabungkan adalah susu kucing. Saya jadi berdoa semoga produsen makanan dan minuman kucing tidak tertarik menjadikan nama tersebut menjadi merek produk.
Ada pula pemberian nama berdasarkan singkatan dari kedua orang tua ataupun berdasarkan sejarah tanggal dan tempat bersalin sang anak.
Misalnya tetangga saya Andi. Ternyata merupakan akronim dari Anaknya Didi. Ada juga salah satu dosen saya, namanya merupakan akronim dari tanggal kelahirannya. Orangtuanya bermaksud agar tidak lupa tanggal karena jumlah anaknya banyak. Akronim dari Hari Kamis bulan Juni tanggal empat belas. Sengaja tidak saya sertakan nama asli beliau agar tidak di searching netizen.
Yang agak sedih adalah kerabat ayah saya, karena tempat bersalinnya disekitaran tong sampah, maka ia namai anaknya Sampah.
Syukurnya taqdir Allah memanggilnya sebelum tahun 2000an. Dimana peraturan pengelompokan jenis sampah dan limbah baru menjadi perpu sekitar tahun 2010. Akhirnya sampai ia berpulang ke Rahmatullah tidak ada yang mengolok-oloknya ia termasuk golongan hijau, kuning atau merah (organik, non organik atau B3).
Di blog ini saya ingin bercerita tentang nama yang akhirnya kami sematkan ke anak-anak kami beserta panggilan kesayangan mereka yang seringkali tidak nyambung dengan nama lengkap mereka.
1. Salvinia Casilda
Sepanjang proses kehamilan putri pertama ini, saya tidak pernah mendiskusikan perihal nama calon anak pertama kami dengan suami saya. Sebab, di keluarga kami ayah begitu saklek menjadi pemberi nama buat anak-anaknya tanpa campur tangan ibu. Ayah merasa ini otoritasnya sebagai penanam saham dan ibu pun tidak menolak kehendak ayah walaupun ibu berhak meminta andil sebagai pemilik lapak. Saya secara otomatis berfikir bahwa suami saya tentunya sudah mempersiapkan nama untuk bayi perempuan kami. Embel-embel marga tentu sudah dipastikan menempel karena suami merupakan asimilasi keturunan Simalungun dan Minang. Kecenderungan budaya patriarki di Indonesia, akhirnya marga yang diberikan adalah berdasarkan marga sang opung.
Sehari setelah pulang dari Rumah Sakit pasca bersalin, saya bertanya pada suami perihal nama. Sebab, saya sudah ingin memanggil bayi saya dengan panggilan namanya agar terjalin bonding. Ternyata suami hasil ta'aruf ini belum tau ingin memberikan nama apa buat bayi nya. Saya berusaha untuk tidak gubrak karena saya sadar bukan Intan Nuraini. Dengan inisiatif dan dedikasi tinggi saya panggil bayi perempuan saya Yumna. Dengan harapan ada keberkahan sebagai anak perdana karena maknanya adalah kanan. Urusan full name saya tugaskan suami segera menuntaskannya. Akhirnya ia sampaikan nama lengkap putri kami atas inspirasi kisah heroik putri pemberani di masa Andalusia yang bernama Casilda.
2. Imad ArRuhusSyahid
Putra kedua kami lahir selang setahun lima bulan setelah kakaknya. Kami beri panggilan Aiman agar bisa semakna dengan Yumna.
Untuk nama lengkapnya, Imad bermakna tonggak ataupun tiang. Bila diteruskan hingga full harapan kami agar lelaki pertama di keluarga kami mampu menjadi tiang penguat yang memiliki ruh sebagai seorang syuhada.
3. Rumaisha Huurun Naashirah
Inspirasi nama putri ketiga kami adalah sahabiyah Ummu Sulaim. Kami berharap ia sekokoh Ummu Sulaim dan mampu menjadi istri yang menguatkan keislaman pasangan hidupnya dengan akidah yang benar dan sosok ibu yang kuat yang berhasil menempa Anas bin Malik sebagai khadim Rasulullah.
4. Ahmad Taqy Jundana
Saat hamil putra keempat, saya mengazzamkan diri memberikan nama Ahmad pada salah satu putra yang saya lahirkan. Qadarullah anak keempat kami terlahir laki-laki.
Putra keempat kami ini awalnya kami panggil Taqy.
Putra keempat kami ini awalnya kami panggil Taqy.
Di usianya yang ketiga, ia sudah lancar berbicara dan menentukan sendiri pilihan panggilan untuk dirinya. Mas J Super, begitu ia ingin dipanggil.
Doa dan harapan kami semoga ia bisa menjadi seorang Jundi (prajurit) yang memiliki sifat taqwa kepada Allah.
Doa dan harapan kami semoga ia bisa menjadi seorang Jundi (prajurit) yang memiliki sifat taqwa kepada Allah.
5. Istisyhad Sabiluna
Adalah seorang wanita luar biasa bernama Lathifah yang melahirkan seorang anak sendiri ditengah harapan hidup yang sangat kecil. Suaminya bahkan sudah meninggal sebelum anaknya dilahirkan. Ia membesarkan keenam anaknya dengan kondisi sulit sendiri tanpa keluhan hingga semua putra putrinya sukses.
Wanita itu adalah istri dari tokoh yang bernama Hasan Al Banna. Saat hamil putra kelima ini perjalanan kehamilan saya tidak begitu mulus. Pernah terjatuh karena kepeleset, pernah kecelakaan saat dibonceng suami naik sepeda motor dan terseret di jalanan aspal, pernah sakit hingga kulit melepuh seperti kondisi pasien Stevens Johnson Syndrom hingga selama dua pekan saya tidak mengenakan baju. Hanya ditutupi selembar kain agar aurat tidak terlihat anak-anak, dan kehamilan anak kelima ini diawali ayah yang meninggal dunia sehingga saya masih sangat emosional dan sering berair mata.
Wanita itu adalah istri dari tokoh yang bernama Hasan Al Banna. Saat hamil putra kelima ini perjalanan kehamilan saya tidak begitu mulus. Pernah terjatuh karena kepeleset, pernah kecelakaan saat dibonceng suami naik sepeda motor dan terseret di jalanan aspal, pernah sakit hingga kulit melepuh seperti kondisi pasien Stevens Johnson Syndrom hingga selama dua pekan saya tidak mengenakan baju. Hanya ditutupi selembar kain agar aurat tidak terlihat anak-anak, dan kehamilan anak kelima ini diawali ayah yang meninggal dunia sehingga saya masih sangat emosional dan sering berair mata.
6. Amirul Umaro Fillah
Kami memanggilnya Aufa, yang merupakan akronim dari nama lengkap putra keenam kami ini. Saat mengandung Aufa saya sedang jatuh bangun kesengsem belajar tahsin Al-Qur'an di Ma'had abu Ubaidah bin Al jarrah Medan. Dari mulai perut masih terhitung tipis kayak tespek hingga melembung kayak pabrik kantong kresek saya tetap keukeuh belajar, ujian walaupun akhirnya lulus naik level dengan nilai rata-rata. Saking cintanya, akhirnya terinspirasi nama Amirul Umaro yang merupakan gelar bagi sahabat Rasulullah yang tergolong satu dari sepuluh sahabat yang dijamin surga- Abu Ubaidah bin Al jarrah.
Dan semasa hamil Aufa, sedang ada peristiwa keumatan dimana pilihannya adalah setia bertahan di dalam perahu atau memilih keluar. Saya dan suami memilih setia (Aufa/ Wafa).
7. Zhillan Zhalila
Zhillan Zhalila terinspirasi dari QS. An-Nisa 57)
Ayat ini berbicara tentang balasan kebaikan berupa surga dan surga itu dimaknai tempat yang teduh dan nyaman (pepohonan yang rindang).
Sedangkan Jenna, artinya adalah surga. Jadi nama dan panggilan ini bila di pelajaran bahasa Indonesia termasuk kategori MD bukan DM.
Sejarah nama ini saat kehamilan trimester awal kami sekeluarga berharap mendapatkan tempat yang nyaman, tenang dan bisa dikategorikan baiti jannati. Sejak awal kepindahan, para kakak dan Abang akhirnya sudah mulai melafal nama dan menyapa kandungan sang Bunda dengan panggilan 'Dek Jenna'.
Begitulah kisah dibalik pemberian nama anak di keluarga kami. Semoga nama-nama tersebut menjadi doa dan dikabulkan sebagai harapan kami sesuai nama yang disematkan.
Kami memanggilnya Aufa, yang merupakan akronim dari nama lengkap putra keenam kami ini. Saat mengandung Aufa saya sedang jatuh bangun kesengsem belajar tahsin Al-Qur'an di Ma'had abu Ubaidah bin Al jarrah Medan. Dari mulai perut masih terhitung tipis kayak tespek hingga melembung kayak pabrik kantong kresek saya tetap keukeuh belajar, ujian walaupun akhirnya lulus naik level dengan nilai rata-rata. Saking cintanya, akhirnya terinspirasi nama Amirul Umaro yang merupakan gelar bagi sahabat Rasulullah yang tergolong satu dari sepuluh sahabat yang dijamin surga- Abu Ubaidah bin Al jarrah.
Dan semasa hamil Aufa, sedang ada peristiwa keumatan dimana pilihannya adalah setia bertahan di dalam perahu atau memilih keluar. Saya dan suami memilih setia (Aufa/ Wafa).
7. Zhillan Zhalila
Zhillan Zhalila terinspirasi dari QS. An-Nisa 57)
وَعَمِلُوا
|
اٰمَنُوْا
|
وَالَّذِيْنَ
|
dan mengerjakan
|
beriman
|
adapun
|
تَجْرِيْ
|
جَنّٰتٍ
|
سَنُدْخِلُهُمْ
|
الصّٰلِحٰتِ
|
yang mengalir
|
(ke dalam) surga
|
kelak akan Kami masukkan
|
kebajikan
|
فِيْهَا
|
خٰلِدِيْنَ
|
الْأَنْهٰرُ
|
مِنْ تَحْتِهَا
|
di dalamnya
|
mereka kekal
|
sungai-sungai
|
di bawahnya
|
أَزْوَاجٌ
|
فِيْهَا
|
لَهُمْ
|
أَبَدًاۗ
|
pasangan-pasangan
|
d
|
mereka mempunyai
|
selama-lamanya
|
ظَلِيْلً
|
ظِلًّا
|
وَّنُدْخِلُهُمْ
|
مُّطَهَّرَةٌۙ
|
lagi nyaman
|
(ke tempat yang) teduh
|
dan Kami masukkan mereka
|
yang suci
|
Ayat ini berbicara tentang balasan kebaikan berupa surga dan surga itu dimaknai tempat yang teduh dan nyaman (pepohonan yang rindang).
Sedangkan Jenna, artinya adalah surga. Jadi nama dan panggilan ini bila di pelajaran bahasa Indonesia termasuk kategori MD bukan DM.
Sejarah nama ini saat kehamilan trimester awal kami sekeluarga berharap mendapatkan tempat yang nyaman, tenang dan bisa dikategorikan baiti jannati. Sejak awal kepindahan, para kakak dan Abang akhirnya sudah mulai melafal nama dan menyapa kandungan sang Bunda dengan panggilan 'Dek Jenna'.
Begitulah kisah dibalik pemberian nama anak di keluarga kami. Semoga nama-nama tersebut menjadi doa dan dikabulkan sebagai harapan kami sesuai nama yang disematkan.
MasyaAllah ❤️ dibalik nama ada kisahnya, suka dg kisah dibalik nama Rumaisha, dan sejarah kehamilan syahid, luarbiasa ya kak, huhu
BalasHapusSaya tak mengira nama Aiman pun nama panggilannya juga.
BalasHapusku suka ngeca story nya. gk ada yg awak escape bacanya.
BalasHapusMasyaa Allah... Baca nama anak laki2 jadi kepengen punya anak laki-laki hehehe mudah2an suatu saat kalau ada rezeki punya anak lagi akan memberikan nama yang indah, bersumber dari Quran dan penuh doa. Aamiin
BalasHapusSetiap nama anak pasti ada harapan orang tuanya ya mba. Masya Allah. Semoga anak-anaknya sesuai dengan doa yang dimunajatkan orang tuanya pada namanya.
BalasHapusSama mbak, pas anak pertamaku lahir sibuklah cari nama yang benar benar baik arti dan sesuai harapan orangtuanya.
BalasHapusDan...Masyaa Allah mbak sudah punya 7 anak. Semoga jadi anak sholih dan sholihah. Aamiin.
Masya Allah, tujuh nama indah untuk permata kebanggaan keluarga..Aamiin.
BalasHapusInsya Allah soleh/solehah seperti doa kedua orangtuanya
MasyaAllah, Barakallahu fiikum buat anak-anaknya kak. Artinya bagus-bagus banget. Semoga jadi penyejuk hati orangtua ya kak.
BalasHapusMasya Allah, Nama anak-anaknya bagus-bagus banget mbak. Saya pernah lho beli buku nama-nama Islami, kok sepertinya bagus-bagus jika disambungkan antara satu kata dengan kata lainnya. Semoga anak-anak mba menjadi anak yang sholeh dan sholihah , aamiin
BalasHapusNama putra-putrinya bagus-bagus, Mbak Sischa.
BalasHapusKalau saya dulu tanya Bapak saya, kenapa kasih nama saya Bambang?
Katanya ingat nama komandannya hahaha.
Tapi memang setiap orang tua punya cara unik ememberi nama anaknya ya, Mbak. Misalnya nama belakang mereka perpaduan nama Ayah dan Ibu. bahkan ada yang depannya sama, misalnya Yus.. Yusran, Yushar, Yusmita.
Bahkan keponakan saya, semua namanya terdiri 3 suku kata yang huruf awalnya sama yaitu A-J-P hahaha
Yup setuju, menghidupkan sunnah Rasulullah SAW, salah satu hak anak adalah mendapatkan nama terbaik dari kedua ortunya. Nama2 yg paling dianjurkan kalau anak laki2 ada kata Muhammad atau Ahmadnya. Anak kami laki2 no 2 dan 4, Faqih Ahmad Royyan dan Faid Ahmad Rausyan, sama2 disingkat dengan FAR. Kl manggil agar doanya dpt, hrs lengkap2 hehe... contoh, Heiii Bang Faqih Ahmad Royyan... tolong sapu rumah dulu hihi
BalasHapusBagys dan Islami sekali nama2 nya..Semoga semua nama yg disematkan ke empunya nama dapat menjadi insan kamil yg sesuai dengan makna dari namanya masing2 ya mba..Amin YRA..
BalasHapusPengalaman saya pas buat nama anak kedua, belum dapat nama anak, pengennya hurufnya dari F biar sama kayak kakaknya, sementara kalau keluar rumah sakit, nama anak mesti udah ada karena mau sekalian buat akta, iseng cek twitter, ada nama tokoh hurufnya dari F, ya udahlah pake nama itu, dengan paduan lainnya
BalasHapusSama mbak, saya juga menyerahkan urusan nama anak kepada ayahnya. Nama nama anak mbak di atas bagus-bagus banget. Bisa jadi inspirasi untuk para calon ortu nih.
BalasHapusMasyaallah keren bgt bunda nama anak bener2 dalam artinya dan ada sejarah tiap nama..
BalasHapus90% aku bru denger nama dan arti serta sejarah islam yg dsbutkan .. *sungguh cetek pngetahuan islamku🙈
anak2ny selang seling jenis klaminnya gmn carany bunda?
Apa saat mau hamil sudah d program gtu bun?
Bun "peristiwa keumatan dimana pilihannya adalah setia bertahan di dalam perahu atau memilih keluar" ini peristiwa apa sih bun?
MasyaAllah.. nama-namanya indah sekali mba, terlebih lagi artinya. Semoga nama namanya bisa membawa biah hati menajdi kebanggan keluarga, agama, dan negara
BalasHapusNama-nama yang indah. Nama memang bukan sekadar panggilan ya Kak, tapi jadi doa. Perkenalkan anak-anak saya ... Nada Firdaus, Rahmania Nafisah, dan Fairy Shaliha.
BalasHapus