Jalasah Ruhiyah
Jalasah Ruhiyah bermakna meningkatkan ruhiyah ini adalah salah satu kegiatan penting dan karena salah satu cara mengikat ilmu adalah dengan menuliskan nya,maka bunda menulis kembali materi yang disampaikan ustadz DH AliYusni , Ahad 23 Desember 2018 di Mesjid Alfalah, jalan Alfalah Raya no 6 Medan.
Ustadz DH. AliYusni menukil sebuah ayat dalam Al-Qur'an surat Adh-dhuha.
Wal akhiratu Khairun Laka minal uula.
Memang ya,kita sebagai manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai kehilangan dunia. Acap kali kita suka pilih kasih bagaikan anak tiri terhadap urusan ukhrawi. Misalnya aja kelakuan kita bangun tidur. Kadang lebih sering refleks nyari hape liat notifikasi ketimbang reflek berdoa dan bersyukur sudah Allah hidup kan kembali setelah mati. Padahal dunia dan akhirat tidak sebanding. Kalo diumpamakan ibarat bongkahan batu bata dengan bongkahan emas.
Lalu ustadz bercerita tentang seorang pemuda shalih dengan gadis cantik di Kufah.
Kisahnya kurang lebih seperti ini
https://kisahmuslim.com/3651-menjadi-wanita-shalehah-karena-nasihat-seorang-pemuda.html
Nah,cara pandang kita terhadap dunia akan mempengaruhi kecintaan kita kepada akhirat. Oleh karena itu mari kelola ma'nawi dalam diri kita agar orientasi nya adalah seperti yang Allah cintai.
🌸 Mafahim ruhiyah (menundukkan ruhiyah sesuai pandangan ulama) yakni dengan memahami basis anugerah bahwasanya karunia yang Allah berikan lebih banyak daripada amal yang kita lakukan sehingga menghadirkan rasa khauf dan Roja'.
Kapankah karunia ini?
Sejak bangun tidur.
Karena saat kita bangun, harusnya kita telah merasakan karunia Allah , padahal kita belum melakukan amalan apapun saat mata baru terbuka. Tapi luasnya kasih sayang Allah telah kita rasakan disaat nyawa kita masih dikandung badan.
Tolak ukur tingginya ma'nawi seorang muslim adalah berharap terhadap karunia (khauf dan Roja').
Ustadz sedikit berkisah tentang siroh seseorang yang dikeluarkan dari neraka menuju surga hanya karena masih ada setitik iman dalam hatinya. Padahal ia adalah orang yang masuk surga terakhir kali.
Ma'nawi yang baik akan menjadikan seseorang memiliki bingkai iman dan membenarkan janji Allah sehingga ia akan mudah melakukan kebaikan.
Terkait ini ada kisah tentang siroh abu Darda dan pohon kurma.
Abu Darda radhiyallahu anhu namanya. Ia adalah seorang pengusaha kaya raya, pemilik sebuah kebun kurma raksasa yang didalamnya berdiri 600 pohon kurma. Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwa seorang budak sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mampu membiayai hidupnya dan keluarganya hanya dengan merawat sebuah pohon kurma. Bayangkan betapa kayanya Abu Darda. Di kebun itu juga terdapat rumah dan sebuah sumur kepemilikannya. Rasulullah diriwayatkan sering menikmati kurma segar di kebunnya.
Pada suatu ketika, turunlah wahyu dari Allah kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam. Dalam sepotong ayat itu, Allah berfirman, yang artinya:
“barang siapa yang bisa memberiku pinjaman di dunia, maka niscaya akan aku gantikan berpuluh-puluh kali lipat di akhirat.”
Seketika Abu Darda datang kepada Rasulullah dengan tergesa. Dipandanginya wajah Rasulullah sembari ia bertanya.
“Ya Rasulullah! Apa benar Allah meminta pinjaman kepada kita sementara dia adalah Tuhan yang maha Kaya?!”
Rasulullah menjawab.
“benar. Allah telah memintanya.”
Lalu Abu Darda pun menjawab.
“Ya Rasulullah, ingatkah engkau pada kebun kurma dan rumah yang kumiliki?”
Rasulullah menjawab.
“tentu saja aku mengingatnya.”
Abu Darda dengan tegas menjawab.
“aku akan menginfakkannya kepada Allah untuk kemudian digantikan oleh Allah di akhirat nanti.”
Rasulullah awalnya terkejut. Ia tak pernah menyangka bahwa Abu Darda akan melakukan hal tersebut. Dan kemudian Rasulullah mengatakan.
“kalau begitu, bagi-bagikanlah harta kepemilikanmu (kebun kurma) itu kepada saudara—saudaramu yang kekurangan.”
Abu Darda bergegas kerumahnya selayaknya ia bergegas menghadap Nabi. Lalu ketika ia sampai di depan kebun kurmanya yang bipagai apik menghalau segala perusak, Abu Darda melihat isteri dan anaknya sedang asyik menikmati buah kurma basah di bawah pohon-pohon kurmanya. Maka Abu Darda berseru kepada isteri dan anaknya.
“wahai isteriku! Keluarkanlah anak-anak kita dari kebun ini!”
Isteri Abu Darda keheranan. Ia bingung mengapa suaminya tidak mau masuk ke dalam kebun itu sementara itu adalah kepemilikannya? Maka bertanyalah isterinya.
“ada apa, wahai Abu Darda?! Mengapa kau tak hendak masuk ke dalam kebunmu sendiri?!”
Abu Darda menjawab.
“kebun ini sudah bukan milik kita lagi, aku sudah menjualnya!”
Isteri Abu Darda awalnya terkejut. Wanita yang sudah ditarbiyah dengan baik itupun bertanya kembali.
“kau menjualnya kepada siapa, suamiku?!”
Abu Darda setengah menjerit saat panas mentari menyengat-nyengat.
“aku telah menjualnya kepada Allah untuk digantikan dengan sesuatu yang lebih besar di akhirat nanti!”
Isteri Abu Darda terkesiap, maka wanita itupun tersenyum, dan berkata.
“masyaallah..., sungguh itu adalah sebuah investasi yang sangat luar biasa.”
Kemudian isteri Abu Darda mulai memeriksakan kantong anak-anaknya supaya tak ada satupun biji kurma yang terbawa, adapun seorang dari anaknya telah memasukkan biji kurma itu ke dalam mulutnya, maka isteri Abu Darda mengeluarkannya sambil berkata.
“buah kurma ini sudah tidak halal lagi bagi kita, anakku. Ayahmu telah menjualnya kepada Allah.”
Masyaallah..., betapa mengagumkannya sahabat Nabi. Bukan hanya dia seorang, banyak sahabat-sahabat Nabi yang telah berinfak kepada orang lain tanpa meminta balasan duniawi seperti ucapan terima kasih, atau imbalan yang setimpal. Mereka mengharapkan ridha Allah melebihi apapun.
Setiap kita,wajar dan manusiawi merasakan rasa letih. Namun,letih seseorang bisa saja sama, bedanya terletak pada apresiasi Allah.
🌸 'Amaliyah ta'abuddiyah
Dinukil dari QS Muzzammil:20
Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an dan laksanakan shalat, tunaikan zakat dan berilah pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan disisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sungguh Allah maha pengampun,maha penyayang.
Cara meningkatkan ma'nawi yakni:
▶️ Tilawah Al-Quran
Seseorang yang tilawah memiliki 2asbab.
✔️ Tilawah ta'abuddiyah yakni tilawah karena ingin beribadah pada Allah.
✔️Tilawah ta'amuliyah yakni membaca karena menikmati interaksi Kepada Allah lewat Al-Qur'an.
*Bacalah Al-Qur'an seakan-akan ia ditujukan untuk dirimu*
Ada 2 penyebab seorang mukmin tidak membaca Alqur'an yakni:
✳️ Karena imannya lemah sehingga tidak sempat membaca Alqur'an
✳️ Karena Al-Qur'an cemburu sehingga tidak ingin dibaca
▶️Iqomatush sholat
Tingkatkan kualitas Sholat agar tidak hanya sekedar melepaskan kewajiban pada Allah hingga pada tahap menikmati kelezatan ibadah sholat pada Allah
▶️ Shodaqoh
Ustadz DH. AliYusni menukil sebuah ayat dalam Al-Qur'an surat Adh-dhuha.
Wal akhiratu Khairun Laka minal uula.
Memang ya,kita sebagai manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai kehilangan dunia. Acap kali kita suka pilih kasih bagaikan anak tiri terhadap urusan ukhrawi. Misalnya aja kelakuan kita bangun tidur. Kadang lebih sering refleks nyari hape liat notifikasi ketimbang reflek berdoa dan bersyukur sudah Allah hidup kan kembali setelah mati. Padahal dunia dan akhirat tidak sebanding. Kalo diumpamakan ibarat bongkahan batu bata dengan bongkahan emas.
Lalu ustadz bercerita tentang seorang pemuda shalih dengan gadis cantik di Kufah.
Kisahnya kurang lebih seperti ini
https://kisahmuslim.com/3651-menjadi-wanita-shalehah-karena-nasihat-seorang-pemuda.html
Nah,cara pandang kita terhadap dunia akan mempengaruhi kecintaan kita kepada akhirat. Oleh karena itu mari kelola ma'nawi dalam diri kita agar orientasi nya adalah seperti yang Allah cintai.
🌸 Mafahim ruhiyah (menundukkan ruhiyah sesuai pandangan ulama) yakni dengan memahami basis anugerah bahwasanya karunia yang Allah berikan lebih banyak daripada amal yang kita lakukan sehingga menghadirkan rasa khauf dan Roja'.
Kapankah karunia ini?
Sejak bangun tidur.
Karena saat kita bangun, harusnya kita telah merasakan karunia Allah , padahal kita belum melakukan amalan apapun saat mata baru terbuka. Tapi luasnya kasih sayang Allah telah kita rasakan disaat nyawa kita masih dikandung badan.
Tolak ukur tingginya ma'nawi seorang muslim adalah berharap terhadap karunia (khauf dan Roja').
Ustadz sedikit berkisah tentang siroh seseorang yang dikeluarkan dari neraka menuju surga hanya karena masih ada setitik iman dalam hatinya. Padahal ia adalah orang yang masuk surga terakhir kali.
Ma'nawi yang baik akan menjadikan seseorang memiliki bingkai iman dan membenarkan janji Allah sehingga ia akan mudah melakukan kebaikan.
Terkait ini ada kisah tentang siroh abu Darda dan pohon kurma.
Abu Darda radhiyallahu anhu namanya. Ia adalah seorang pengusaha kaya raya, pemilik sebuah kebun kurma raksasa yang didalamnya berdiri 600 pohon kurma. Dikisahkan dalam sebuah riwayat, bahwa seorang budak sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mampu membiayai hidupnya dan keluarganya hanya dengan merawat sebuah pohon kurma. Bayangkan betapa kayanya Abu Darda. Di kebun itu juga terdapat rumah dan sebuah sumur kepemilikannya. Rasulullah diriwayatkan sering menikmati kurma segar di kebunnya.
Pada suatu ketika, turunlah wahyu dari Allah kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam. Dalam sepotong ayat itu, Allah berfirman, yang artinya:
“barang siapa yang bisa memberiku pinjaman di dunia, maka niscaya akan aku gantikan berpuluh-puluh kali lipat di akhirat.”
Seketika Abu Darda datang kepada Rasulullah dengan tergesa. Dipandanginya wajah Rasulullah sembari ia bertanya.
“Ya Rasulullah! Apa benar Allah meminta pinjaman kepada kita sementara dia adalah Tuhan yang maha Kaya?!”
Rasulullah menjawab.
“benar. Allah telah memintanya.”
Lalu Abu Darda pun menjawab.
“Ya Rasulullah, ingatkah engkau pada kebun kurma dan rumah yang kumiliki?”
Rasulullah menjawab.
“tentu saja aku mengingatnya.”
Abu Darda dengan tegas menjawab.
“aku akan menginfakkannya kepada Allah untuk kemudian digantikan oleh Allah di akhirat nanti.”
Rasulullah awalnya terkejut. Ia tak pernah menyangka bahwa Abu Darda akan melakukan hal tersebut. Dan kemudian Rasulullah mengatakan.
“kalau begitu, bagi-bagikanlah harta kepemilikanmu (kebun kurma) itu kepada saudara—saudaramu yang kekurangan.”
Abu Darda bergegas kerumahnya selayaknya ia bergegas menghadap Nabi. Lalu ketika ia sampai di depan kebun kurmanya yang bipagai apik menghalau segala perusak, Abu Darda melihat isteri dan anaknya sedang asyik menikmati buah kurma basah di bawah pohon-pohon kurmanya. Maka Abu Darda berseru kepada isteri dan anaknya.
“wahai isteriku! Keluarkanlah anak-anak kita dari kebun ini!”
Isteri Abu Darda keheranan. Ia bingung mengapa suaminya tidak mau masuk ke dalam kebun itu sementara itu adalah kepemilikannya? Maka bertanyalah isterinya.
“ada apa, wahai Abu Darda?! Mengapa kau tak hendak masuk ke dalam kebunmu sendiri?!”
Abu Darda menjawab.
“kebun ini sudah bukan milik kita lagi, aku sudah menjualnya!”
Isteri Abu Darda awalnya terkejut. Wanita yang sudah ditarbiyah dengan baik itupun bertanya kembali.
“kau menjualnya kepada siapa, suamiku?!”
Abu Darda setengah menjerit saat panas mentari menyengat-nyengat.
“aku telah menjualnya kepada Allah untuk digantikan dengan sesuatu yang lebih besar di akhirat nanti!”
Isteri Abu Darda terkesiap, maka wanita itupun tersenyum, dan berkata.
“masyaallah..., sungguh itu adalah sebuah investasi yang sangat luar biasa.”
Kemudian isteri Abu Darda mulai memeriksakan kantong anak-anaknya supaya tak ada satupun biji kurma yang terbawa, adapun seorang dari anaknya telah memasukkan biji kurma itu ke dalam mulutnya, maka isteri Abu Darda mengeluarkannya sambil berkata.
“buah kurma ini sudah tidak halal lagi bagi kita, anakku. Ayahmu telah menjualnya kepada Allah.”
Masyaallah..., betapa mengagumkannya sahabat Nabi. Bukan hanya dia seorang, banyak sahabat-sahabat Nabi yang telah berinfak kepada orang lain tanpa meminta balasan duniawi seperti ucapan terima kasih, atau imbalan yang setimpal. Mereka mengharapkan ridha Allah melebihi apapun.
Setiap kita,wajar dan manusiawi merasakan rasa letih. Namun,letih seseorang bisa saja sama, bedanya terletak pada apresiasi Allah.
🌸 'Amaliyah ta'abuddiyah
Dinukil dari QS Muzzammil:20
Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an dan laksanakan shalat, tunaikan zakat dan berilah pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan disisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sungguh Allah maha pengampun,maha penyayang.
Cara meningkatkan ma'nawi yakni:
▶️ Tilawah Al-Quran
Seseorang yang tilawah memiliki 2asbab.
✔️ Tilawah ta'abuddiyah yakni tilawah karena ingin beribadah pada Allah.
✔️Tilawah ta'amuliyah yakni membaca karena menikmati interaksi Kepada Allah lewat Al-Qur'an.
*Bacalah Al-Qur'an seakan-akan ia ditujukan untuk dirimu*
Ada 2 penyebab seorang mukmin tidak membaca Alqur'an yakni:
✳️ Karena imannya lemah sehingga tidak sempat membaca Alqur'an
✳️ Karena Al-Qur'an cemburu sehingga tidak ingin dibaca
▶️Iqomatush sholat
Tingkatkan kualitas Sholat agar tidak hanya sekedar melepaskan kewajiban pada Allah hingga pada tahap menikmati kelezatan ibadah sholat pada Allah
▶️ Shodaqoh
Ulasan yang bagus kak. Jadi tersentuh dan pengen baca quran
BalasHapusMakasih bang Alfie
HapusSama sama kak... Bener bener kena ke aku setelah baca tulisan ini. Soalnya Alfie kalau bangun tidur, selalu ambil hape untuk lihat notification. Hahaha
HapusSemoga Alfie bisa lebih baik lagi yang kalau sudah mati, bangun harus berdoa lah
Abu darda itu yang pulang perang, bertanya pada istri "bagaimana anak kita?"
BalasHapusSebelum pergi perang, anaknya sakit keras. Tapi istrinya tdk langsung menjawab. Malah menghibur abu darda dan bilang "anak kita sudah tenang.."
Yang itu bukan??
Hihihi..
nice share, kak, makasi
BalasHapus😍😍
BalasHapussubhanallah,,, booster buat iman yang suka naik turun
BalasHapusAlhamdulilahh bertambah pengetahuan
BalasHapusTerima kasih mbak .. .Membuat kita sadar bagaimana harus menjaga hubungan kita dengan Allah
BalasHapusSemoga Allah selalu melindungi kita dmn pun kita berada. .. Aamiin Ya Allah
BalasHapusJadi pengingat Gacil untuk terus Istiqomah. Keep writing positif kakak 😂😍
BalasHapusReminder buat saya yang kadang sibuk di dunia.
BalasHapusYa allah, paragraf terakhir kenapa malas baca quran karena imanya sedang lemah.. uhuhuuh malunya baca blog disempatin baca quran malas, ya allah.. takutnya klo masuk kubur malah gelap gulita. huhuhuh
BalasHapusastaga sedih teringat kapan terakhir kali baca Qur'an :(
BalasHapusemak ya bunda delima ini kalau ngebahas ginian emang keren
BalasHapussemangat kak. Thanks for sharing kak e.
BalasHapusthank you for sharing kak
BalasHapus:") tersentil , yang diliat notif hp. Bukannya baca doa dulu :"". Thanks bun, sudah mengingatkan ~
BalasHapus